Air adalah sumber kehidupan. Tentu kalimat ini sudah tidak asing lagi di
telinga. Hal ini dikarenakan semua makhluk hidup di bumi tidak bisa hidup tanpa
air. Termasuk manusia, yang harus mengonsumsi air agar kebutuhan metabolisme
dapat terpenuhi.
Air merupakan unsur utama dari tubuh
manusia. Rata-rata tiap orang memiliki 60% air dari berat tubuhnya.
Kandungannya bervariasi sesuai usia. Pada bayi sekitar 80%, orang dewasa 60%
dan pada usia lanjut atau usia di atas 65 tahun sebesar 50%. Semua sistem di
dalam tubuh tergantung oleh air. Sebagai contoh, air akan menyaring racun dari
organ vital, membawa nutrisi ke sel tubuh dan menghasilkan kelembaban bagi
jaringan telinga, hidung dan tenggorokan.
Adapun alasan mengapa manusia harus
mengonsumsi air, terutama air putih, adalah karena air putih memiliki banyak
manfaat bagi tubuh di antaranya adalah bisa memberikan efek relaks / santai
bagi tubuh, dengan mengonsumsi air dalam jumlah cukup setiap hari akan
memperlancar sistem pencernaan sehingga kita akan terhindari dari
masalah-masalah pencernaan seperti maag ataupun sembelit, membantu untuk
mengeluarkan racun yang mengendap dalam tubuh seperti usus dan ginjal melalui
urin, bahkan air putih juga bermanfaat untuk melembabkan dan menyehatkan kulit.
Mengingat air adalah kebutuhan vital
untuk semua makhluk hidup, terutama manusia, air menjadi sesuatu yang wajib ada
setiap saat, terutama berkaitan dengan konsumsi. Manusia dapat bertahan selama
beberapa hari meskipun tidak makan. Namun, jika tidak minum selama beberapa
hari, hal ini akan berbeda. Oleh karena itu, ketersediaan air sebagai air minum
adalah hal yang tidak dapat dianggap sepele.
Namun, sesuai dengan perkembangan zaman
dan perkembangan peradaban manusia, mencari sumber air bersih yang dapat
digunakan sebagai air minum terasa begitu sulit. Pembangunan gedung-gedung ataupun perumahan akan
mengurangi jumlah air tanah dan juga serapan untuk air hujan. Akibatnya, sumber
air bersih juga berkurang. Perilaku masyarakat yang sering membuang sampah di
sungai juga membuat salah satu sumber air tersebut mengalami penurunan kualitas
bahkan tidak layak konsumsi. Begitu juga dengan kualitas air sumur yang begitu
memprihatinkan, di mana di wilayah perkotaan sering dijumpai kandungan logam
seperti besi dalam air sumurnya. Selain itu, perkembangan zaman dan teknologi
juga memengaruhi pola pikir manusia yang selalu menuju kepraktisan. Dengan
alasan tersebut, sekarang ini hampir semua kalangan masyarakat lebih memilih
mengonsumsi air isi ulang atau yang lebih dikenal dengan air galon. Apalagi,
harga air minum kemasan galon ini juga sangat bersahabat, dan bahkan lebih
murah jika dibandingkan dengan mengonsumsi air minum yang direbus dulu.
Seperti yang kita tahu, kemasan galon
membutuhkan alat berupa dispenser baik yang sederhana maupun yang lebih canggih
misalnya berbahan keramik sederhana berupa guci berkeran, dispenser listrik
yang mempunyai keran bersuhu dingin dan normal atau mempunyai keran bersuhu
panas dan normal ataupun yang paling lengkap mempunyai keran bersuhu normal,
dingin dan panas.
Hal inilah yang perlu diperhatikan.
Penggunaan dispenser berulang – ulang tanpa pembersihan bagian dalam dispenser
memungkinkan tumbuhnya mikroba. Resiko pencemaran mikroba ini dapat terjadi
baik pada keran bersuhu normal, dingin ataupun panas karena mikroba dapat tumbuh
pada suhu dingin / psikrofilik, normal / mesofilik ataupun panas / termofilik.
Oleh karena itulah, perlu kiranya kita membahas tentang kehigenisan tentang air
galon yang rata-rata sudah menjadi konsumsi masyarakat, khususnya masyarakat
Indonesia.